🐉 Sombong Terhadap Orang Sombong

Terlepasdari kebolehannya, sekurangnya ucapan itu menyuratkan ketidaksukaan orang-orang terhadap orang yang sombong. Dari Seribu Alasan hingga Menjungkir Fakta. Berangkat dari ciri yang selalu sama, tak susah mengenali hati yang terjangkiti virus angkuh. Biasanya mereka sulit menerima kebenaran dan suka memandang rendah orang lain. Semuaorang pasti pernah berhadapan dengan orang yang sombong. Inilah cara cerdas menghadapi mereka. GanjaranOrang-orang yang Sombong dan Angkuh: 1. Ditempatkan di Neraka Jahanam. Orang sombong biasanya ingin lebih terlihat lebih baik dari yang lain, menggunakan pakaian terbaik agar dilihat orang sekitar, hingga membicarakan tentang apa yang dia punya atau apa yang pernah dia lakukan. Maka dari itu, orang yang sombong akan selalu memikirkan OrangSombong Tidak Akan Masuk Surga Em Jihed Sumberjati S Blog. Ahmad Sanusi Husain Com Hadis Bahasa Melayu Islam Islam. Sifatsombong Hash Tags Deskgram. Sombong Terhadap Orang Sombong Adalah Sedekah Bukanlah Hadits M2000. Sifat Tawadhu Atau Rendah Hati Adalah Sifat Semua Nabi Dan Rasul. Bayar Hutangmu Inilah Azab Bila 12659x. Oleh: Jekson Pardomuan. “Keangkuhan merendahkan orang, tetapi orang yang rendah hati, menerima pujian,” Amsal 29:23. Sombong, angkuh dan merasa diri paling hebat adalah sifat manusia yang paling sulit diberantas. Baru beroleh berkat dan merasa diri paling kaya, gayanya sudah selangit. Saat bertemu orang, seakan tak perduli dan Sombongialah sifat seseorang yg lebih condong ke sifat pamer, seseorang yg biasa menunjukan suatu hal yg ia miliki untuk tujuan menimbulkan rasa kagum orang lain terhadap dirinya bisa disebut ia sombong. Cuek merupakan salah satu sifat seseorang yg tidak mempedulikan keadaan sekitarnya, bisa jadi karena ia merasa itu bukan urusannya. ApakahUngkapan _“Sombong Terhadap Orang Sombong Adalah Sedekah.”_ Itu Termasuk Hadist..? Teks kalimatnya adalah.. التكبر على المتكبر صدقة _“Bersikap sombong kepada orang yang sombong adalah MENJAUHISIFAT SOMBONG. Oleh: Taufikurrahman diri diperlukan untuk mencegah agar kekeliruan masa lalu tidak terulang lagi. karena itu evaluasi atau muhasabah terhadap diri adalah bentuk usaha memperbaiki dan mengembangkan diri sendiri. Karena itu orang yang tidak pernah mengevaluasi dirinya sendiri cenderung bersikap kekanak-kanakan TanyaBolehkah menyombongkan diri terhadap orang-orang kafir? ~A.Muis Muallim @AMuisM Jawab: Akhi fillahKepada siapa pun, kita dilarang sombong, baik kepada non-Muslim apalagi kepada sesama Muslim. Allah SWT berfirman, “Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka . Jakarta - Sikap sombong adalah mengagungkan diri seraya meremehkan dan merendahkan orang lain. Mari kita simak firman-Nya dalam surah Luqman ayat 18 yang artinya, " Dan janganlah kamu memalingkan wajah dari manusia karena sombong dan janganlah berjalan di bumi dengan angkuh. Sungguh, Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membanggakan diri."ayat ini merupakan nasihat Lukman al-Hakim kepada anaknya agar berakhlak dan memiliki sopan santun ketika berinteraksi dengan sesama manusia. Itulah indahnya ajaran Islam, berinteraksi dengan orang lain saja hendaknya berakhlak. Menghadapi seseorang interaksi dengan wajah berseri dan rendah hati, janganlah berjalan di muka bumi ini dengan angkuh, namun berjalanlah dengan lemah lembut dan seseorang mendapatkan popularitas, jabatan atau kedudukan yang tinggi, dan memperoleh harta yang berlimpah biasanya ia berpotensi untuk bersikap sombong dan angkuh. Ini disebabkan oleh kurangnya kontrol diri dan hati setelah memperoleh anugerah dari Allah Swt. Akibatnya, ia kadangkala merasa superior dibandingkan orang lain atau bahkan menghina orang lain dengan segala yang dimilikinya. Baru-baru ini kita dipertontonkan seorang anak muda yang bangga dan pamer terhadap harta kekayaan milik orang tuanya. Kebanggaan terhadap harta itu fana, sangat mudah sekali bagi Sang Pemberi untuk mengambil lagi segala pemberian-Nya. Pamer itu merupakan tindakan menyombongkan diri dengan menilai dirinya lebih baik daripada orang lain. Bahayanya bagi yang menyombongkan diri itu tidak mau menerima kebenaran dari orang lain karena menganggap dirinya yang benar. Sebetulnya orang sombong itu dalam hatinya tahu orang lain itu benar. Biasanya orang yang takabur pada sesama bisa mendorong takabur pada Sang Pencipta. Maka janganlah sekali-kali melihat diri lebih baik dari orang lain, apalagi dengan motivasi untuk merendahkan dan meremehkan, atau orang yang menolak kebenaran sementara ia tahu itu adalah kebenaran, itulah sikap takabur pada dasarnya kesombongan itu adalah pengagungan. Dan pada hakikatnya kesombongan itu congkak, merendahkan orang lain dan tidak menerima kebenaran padahal ia tahu perihal kebenaran itu. Pengagungan terhadap dirinya itu perbuatan yang yang dibenci-Nya. Beberapa firman-Nya dan hadis Rasulullah Saw 1. Surah an-Nahl ayat 23, "Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong."2. Surat Ghafir ayat 36, "Demikianlah Allah mengunci mati hati orang yang sombong dan sewenang-wenang."3. Ibn Mas'ud meriwayatkan bahwa Rasulullah Saw bersabda, "Tidaklah masuk neraka orang yang dalam hatinya terdapat iman kendati hanya sebesar biji sawi, dan tidaklah masuk surga orang yang dalam kalbunya terdapat kesombongan kendati hanya sebesar biji sawi." Muslim .Inilah petunjuk bagi kita agar dengan serius untuk tidak bersikap sombong, karena sekecil biji sawi saja membuat seseorang tidak bisa masuk surga. Pendorong seseorang menjadi sombong yang sering dijumpai adalah O. Saat mendapatkan kedudukan. Menjadikan orang tersebut berubah sikap dari sebelumnya. Mestinya dipahami bahwa posisinya itu bukan kekal selamanya, karena ketika anugerah tadi ditarik pemberi-Nya maka ia akan kembali menjadi orang biasa. O. Ketika harta melimpah. Dengan keadaan seperti ini, seakan dunia di tangannya. Pada tahap ini seseorang yang jauh dari iman, ia akan merasa apa saja bisa dilakukan. Ia lupa bahwa kekayaan itu bukan dari upayanya namun itu anugerah Allah Swt. Kesombongan atas harta ini membuat seseorang mudah terpleset. O. Bisa juga datang dari keilmuannya. Biasanya jika ia merasa keilmuannya lebih tinggi, maka ia akan bersikap meremehkan pada orang yang keilmuannya lebih Dari ketaatannya. Ketika seseorang merasa kalah tingkat secara lahir sisi kedudukan, maupun harta kekayaan , maka ia bergumam, "Belum tentu saya kalah dibanding si Fulan meskipun dia berharta dan berkedudukan? Saya tentu lebih tinggi di hadapan-Nya karena saya taat beribadah."Ini sudah menampakkan kesombongannya secara halus. Ketaatan yang dilakukan didorong rasa "kekalahannya" sehingga kurang ikhlas untuk beribadah karena Allah Sombong karena nasab. Kebanggaan terhadap keluhuran nasabnya yang menyebabkan perilaku merendahkan sesama adalah tindakan sia-sia. Justru kehebatan leluhur itu untuk memacu berprestasi lebih baik bukan mengagungkannya tanpa sikap sombong yang harus kita semua hindari, penulis tutup dengan senandung syair Pengagungan diri seraya sombong, kelebihan berbangga pada ilmunya, menuju sikap meremehkan pada yang pada kekayaan, menjadikan sombong akan harta, puaskan kau ? Hartamu itu Sang Kuasa tentukan, hartamu sirna dan menjadi berilmu, kadang tinggi akan mencela, bagi yang nasihat dengan tinggi diperintah melakukan kebenaran, ia akan diskusi, ia merendahkan pada yang tidak menenuhi ibarat dari langit, suci, bersih dan berbuah yg manis menjadi tambah pahit tambah turun pada orang yang sombong, maka ia akan makin turun pada yang tawadu', maka tambah tawadu'.Sombong akan sirna, jika ingat asal lumpur berasal dari tempat kotor air mani .Ingatlah kau, dari tiada menjadi Allah tuli, menjadikan bisu, menjadikan berbicara kau lahir lemah, dengan akal kau kuasai ilmu ilmu kau menjadi dasarnya kesombongan itu kesombongan adalah sikap ini, ingatlah firman-firman Allah yang kesombongan dan keagungan, semata milik Allah RofiqKetua DPP PPP periode 2020-2025Ketua Dewan Pembina HIPSI Himpunan Pengusaha Santri IndonesiaArtikel ini merupakan kiriman pembaca detikcom. Seluruh isi artikel menjadi tanggungjawab penulis. Terimakasih - RedaksiSimak Video "Jaga Kearifan Lokal, Masjid Al-Hikmah Dibangun dengan Nuansa Khas Bali" [GambasVideo 20detik] erd/erd Oleh Hermansyah SEJATINYA sombong adalah menyakit hati. “Sombong adalah menolak kebenaran dan meremehkan orang HR. Muslim. Penolakan terhadap kebenaran dan meremehkan orang lain itu muculnya dalam hati. Kadang diekspresikan dan diketahui oleh orang lain. Namun bisa juga terpendam dalam hati seseorang. Karenanya yang paling tahu sombong dan tidaknya seseorang hanya Allah dan yang bersangkutan. Agen spiritual kesombongan adalah Iblis. Iblis tahu dan percaya adanya Allah. Iblis tahu bahwa Allah pencipta dan pengatur alam semesta. Namun karena melihat asal kejadiannya dari api yang dianggap lebih baik dari asal kejadian Adam yang dari tanah telah menjadikan Iblis sebagai makhluk yang sombong. Kesombongan itu menyebabkan ia durhaka atas perintah Sang Penciptanya, Allah SWT. Allah berfirman “Apakah yang menghalangimu untuk bersujud kepada Adam di waktu Aku menyuruhmu?” Iblis menjawab, “Saya lebih baik daripadanya Engkau ciptakan saya dari api, sedang dia Engkau ciptakan dari tanah” [QS. Al-A’raf 12]. Karena pembangkangan ini Iblis dihukum Allah “Turunlah kamu dari surga itu; karena kamu tidak sepatutnya menyombongkan diri di dalamnya, maka keluarlah, sesungguhnya kamu termasuk makhluk yang QS al-A’raf 13. Di antara pelajaran yang bisa diambil dari sini antara lain, percaya dan tahu adanya Allah tidak cukup. Iman memerlukan aksi, dalam hal ini ketaatan kepada Yang Dipercaya. Orang yang beriman kepada Allah adalah mereka yang rendah diri di hadapan-Nya dan rendah hati di hadapan sesama. Warisan kesombongan Iblis pada manusia dalam bentuk tradisional bisa wujud berupa pengagungan berlebihan terhadap unsur-unsur primordialisme seperti asal usul, keturunan, etnik, dan budaya. Dalam bentuk modernnya bisa berupa rasa superioritas dalam hal paham, organisasi,  kelompok sendiri, atau bahkan ilmu dan ibadahnya dikuasainya. Akibatnya manusia kehilangan rasionalitas dan objektivitas. Mereka menolak kebenaran di luar mereka. Firman-Nya “Dan mereka mengingkarinya karena kezaliman dan kesombongan mereka, padahal hati mereka meyakini kebenarannya. Maka perhatikanlah betapa kesudahan orang-orang yang berbuat [QS. An-Naml 14]. Ekspresi kesombongan bisa muncul dalam wajah yang beragam. Dalam hubungan antar individu mungkin akan terlihat pada pembatasan pergaulan karena merasa dirinya berada pada strata yang lebih tinggi dan menganggap yang lain lebih rendah. Kalau berkuasa maka unsur-unsur yang membentuk rasa superioritasnya yang lebih dominan dalam menjalankan dan mempertahankan kekuasaannya. Ketika kesombongan bersatu dengan kerakusan maka akan muncul menjadi kekuatan  yang otoriter, baik sosok maupun kelompok. Perkataan dan perbuatan dan perbuatannya adalah hukum. Agen historis utama yang dijadikan contoh dalam kesombongan karena kekuasaan adalah Fir’aun. Kekuasaan telah menumpulkan nuraninya, sehingga seolah-olah apapun bisa dan boleh dilakukannya sebagaimana digambarkan dalam surah al-Zukhruf ayat 51 “Dan Fir’aun berseru kepada kaumnya seraya berkata “Hai kaumku, bukankah kerajaan Mesir ini kepunyaanku dan bukankah sungai-sungai ini mengalir di bawahku; maka apakah kamu tidak melihatnya?” Kekuasaan yang besar telah melahirkan kesombongan “Dan berlaku sombonglah Fir’aun dan bala tentaranya di bumi tanpa alasan yang benar dan mereka menyangka bahwa mereka tidak akan dikembalikan kepada Kami” [QS. Al-Qasas 38]. Karena keinginan untuk dinilai sebagai orang yang pandai dan berilmu juga dapat mengantarkan manusia kepada kesombongan “Sesungguhnya orang-orang yang memperdebatkan tentang ayat-ayat Allah tanpa alasan yang sampai pada mereka tidak ada dalam dada mereka melainkan hanyalah keinginan akan kesombongan yang mereka sekali-kali tiada akan mencapainya, maka mintalah perlindungan kepada Allah. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar lagi Maha Melihat” [QS. Ghafir 56]. Hanya Allah yang berhak untuk sombong, karena Dialah pemilik segalanya. Manusia dan makhluk lain hanya dititipi; harta benda, kekuatan, kekuasaan, ilmu, kemampuan beribadah, kepintaran, bahkan kehidupan itu sendiri. Dalam sebuah hadits Qudsi, Allah SWT berfirman “Keagungan adalah Kain-Ku dan kesombongan adalah Pakaian-Ku. Siapa yang menyaingi Aku dalam salah satunya, Aku pasti akan HR. Muslim. Karenanya  wajar balasan dari kesombongan adalah neraka. Haritsah bin Wahb berkata bahwa ia mendengar Rasulullah SAW bersabda “Maukah kalian aku beri tahu tentang penduduk neraka? Mereka semua adalah orang-orang kasar, rakus, dan HR Bukhari dan Muslim. Dalam riwayat lain dinyatakan, “Dari Abdullah bin Mas’ûd, dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tidak akan masuk surga orang yang ada kesombongan seberat zarrah di dalam Seorang laki-laki bertanya, “Sesungguhnya semua orang senang bajunya bagus, sandalnya bagus, apakah itu kesombongan?” Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Sesungguhnya Allâh Maha Indah dan menyintai keindahan. Kesombongan adalah menolak kebenaran dan merendahkan manusia”. [HR. Muslim] Malangnya, akibat kesombongan itu juga ditimpakan kepada para pendukungnya “Dan mereka semuanya di padang Mahsyar akan berkumpul menghadap ke hadirat Allah, lalu berkatalah orang-orang yang lemah kepada orang-orang yang sombong “Sesungguhnya kami dahulu adalah pengikut-pengikutmu, maka dapatkah kamu menghindarkan daripada kami azab Allah walaupun sedikit saja? Mereka menjawab “Seandainya Allah memberi petunjuk kepada kami, niscaya kami dapat memberi petunjuk kepadamu. Sama saja bagi kita, apakah kita mengeluh ataukah bersabar. Sekali-kali kita tidak mempunyai tempat untuk melarikan [QS. Ibrahim 21].** *Penulis, Dosen IAIN Pontianak. Oleh Hermansyah SEJATINYA sombong adalah menyakit hati. “Sombong adalah menolak kebenaran dan meremehkan orang HR. Muslim. Penolakan terhadap kebenaran dan meremehkan orang lain itu muculnya dalam hati. Kadang diekspresikan dan diketahui oleh orang lain. Namun bisa juga terpendam dalam hati seseorang. Karenanya yang paling tahu sombong dan tidaknya seseorang hanya Allah dan yang bersangkutan. Agen spiritual kesombongan adalah Iblis. Iblis tahu dan percaya adanya Allah. Iblis tahu bahwa Allah pencipta dan pengatur alam semesta. Namun karena melihat asal kejadiannya dari api yang dianggap lebih baik dari asal kejadian Adam yang dari tanah telah menjadikan Iblis sebagai makhluk yang sombong. Kesombongan itu menyebabkan ia durhaka atas perintah Sang Penciptanya, Allah SWT. Allah berfirman “Apakah yang menghalangimu untuk bersujud kepada Adam di waktu Aku menyuruhmu?” Iblis menjawab, “Saya lebih baik daripadanya Engkau ciptakan saya dari api, sedang dia Engkau ciptakan dari tanah” [QS. Al-A’raf 12]. Karena pembangkangan ini Iblis dihukum Allah “Turunlah kamu dari surga itu; karena kamu tidak sepatutnya menyombongkan diri di dalamnya, maka keluarlah, sesungguhnya kamu termasuk makhluk yang QS al-A’raf 13. Di antara pelajaran yang bisa diambil dari sini antara lain, percaya dan tahu adanya Allah tidak cukup. Iman memerlukan aksi, dalam hal ini ketaatan kepada Yang Dipercaya. Orang yang beriman kepada Allah adalah mereka yang rendah diri di hadapan-Nya dan rendah hati di hadapan sesama. Warisan kesombongan Iblis pada manusia dalam bentuk tradisional bisa wujud berupa pengagungan berlebihan terhadap unsur-unsur primordialisme seperti asal usul, keturunan, etnik, dan budaya. Dalam bentuk modernnya bisa berupa rasa superioritas dalam hal paham, organisasi,  kelompok sendiri, atau bahkan ilmu dan ibadahnya dikuasainya. Akibatnya manusia kehilangan rasionalitas dan objektivitas. Mereka menolak kebenaran di luar mereka. Firman-Nya “Dan mereka mengingkarinya karena kezaliman dan kesombongan mereka, padahal hati mereka meyakini kebenarannya. Maka perhatikanlah betapa kesudahan orang-orang yang berbuat [QS. An-Naml 14]. Ekspresi kesombongan bisa muncul dalam wajah yang beragam. Dalam hubungan antar individu mungkin akan terlihat pada pembatasan pergaulan karena merasa dirinya berada pada strata yang lebih tinggi dan menganggap yang lain lebih rendah. Kalau berkuasa maka unsur-unsur yang membentuk rasa superioritasnya yang lebih dominan dalam menjalankan dan mempertahankan kekuasaannya. Ketika kesombongan bersatu dengan kerakusan maka akan muncul menjadi kekuatan  yang otoriter, baik sosok maupun kelompok. Perkataan dan perbuatan dan perbuatannya adalah hukum. Agen historis utama yang dijadikan contoh dalam kesombongan karena kekuasaan adalah Fir’aun. Kekuasaan telah menumpulkan nuraninya, sehingga seolah-olah apapun bisa dan boleh dilakukannya sebagaimana digambarkan dalam surah al-Zukhruf ayat 51 “Dan Fir’aun berseru kepada kaumnya seraya berkata “Hai kaumku, bukankah kerajaan Mesir ini kepunyaanku dan bukankah sungai-sungai ini mengalir di bawahku; maka apakah kamu tidak melihatnya?” Kekuasaan yang besar telah melahirkan kesombongan “Dan berlaku sombonglah Fir’aun dan bala tentaranya di bumi tanpa alasan yang benar dan mereka menyangka bahwa mereka tidak akan dikembalikan kepada Kami” [QS. Al-Qasas 38]. Karena keinginan untuk dinilai sebagai orang yang pandai dan berilmu juga dapat mengantarkan manusia kepada kesombongan “Sesungguhnya orang-orang yang memperdebatkan tentang ayat-ayat Allah tanpa alasan yang sampai pada mereka tidak ada dalam dada mereka melainkan hanyalah keinginan akan kesombongan yang mereka sekali-kali tiada akan mencapainya, maka mintalah perlindungan kepada Allah. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar lagi Maha Melihat” [QS. Ghafir 56]. Hanya Allah yang berhak untuk sombong, karena Dialah pemilik segalanya. Manusia dan makhluk lain hanya dititipi; harta benda, kekuatan, kekuasaan, ilmu, kemampuan beribadah, kepintaran, bahkan kehidupan itu sendiri. Dalam sebuah hadits Qudsi, Allah SWT berfirman “Keagungan adalah Kain-Ku dan kesombongan adalah Pakaian-Ku. Siapa yang menyaingi Aku dalam salah satunya, Aku pasti akan HR. Muslim. Karenanya  wajar balasan dari kesombongan adalah neraka. Haritsah bin Wahb berkata bahwa ia mendengar Rasulullah SAW bersabda “Maukah kalian aku beri tahu tentang penduduk neraka? Mereka semua adalah orang-orang kasar, rakus, dan HR Bukhari dan Muslim. Dalam riwayat lain dinyatakan, “Dari Abdullah bin Mas’ûd, dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tidak akan masuk surga orang yang ada kesombongan seberat zarrah di dalam Seorang laki-laki bertanya, “Sesungguhnya semua orang senang bajunya bagus, sandalnya bagus, apakah itu kesombongan?” Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Sesungguhnya Allâh Maha Indah dan menyintai keindahan. Kesombongan adalah menolak kebenaran dan merendahkan manusia”. [HR. Muslim] Malangnya, akibat kesombongan itu juga ditimpakan kepada para pendukungnya “Dan mereka semuanya di padang Mahsyar akan berkumpul menghadap ke hadirat Allah, lalu berkatalah orang-orang yang lemah kepada orang-orang yang sombong “Sesungguhnya kami dahulu adalah pengikut-pengikutmu, maka dapatkah kamu menghindarkan daripada kami azab Allah walaupun sedikit saja? Mereka menjawab “Seandainya Allah memberi petunjuk kepada kami, niscaya kami dapat memberi petunjuk kepadamu. Sama saja bagi kita, apakah kita mengeluh ataukah bersabar. Sekali-kali kita tidak mempunyai tempat untuk melarikan [QS. Ibrahim 21].** *Penulis, Dosen IAIN Pontianak. Orang dengan perilaku sombong biasanya memiliki kepribadian yang narsistik. Selain sombong, kepribadian narsistik juga terlihat pada kurangnya empati, dan keinginan dikagumi secara berlebih. Lantas bagaimana jika kepribadian itu ada pada pasangan sendiri? Oleh Siti Sulbiyah Setiap kali berselisih dengan istrinya, Doni bukan nama sebenarnya kerap mengungkit latar belakang pendidikannya. Dia merasa latar belakang pendidikan dan universitas tempat ia mengenyam pendidikan jauh lebih baik dari pasangannya itu. Hal ini membuat dirinya merasa lebih pintar dan paling benar. Kondisi ini pernah dialami oleh seorang pasien yang berkonsultasi dengan Dewi Widiastuti Lubis,Psikolog. Dewi menyebutkan sikap seperti itu muncul karena kepribadian yang narsistik. Kepribadian ini terlihat dari perilaku yang sombong, kurangnya empati terhadap orang lain, dan keinginan yang berlebihan untuk dikagumi. Orang dengan kondisi ini sering digambarkan sebagai orang yang sombong, egois, dan cenderung merasa paling benar. “Sombong bisa dikatakan bagian dari gangguan narsistik. Dalam sebuah hubungan, pasangan yang punya kepribadian ini menganggap dirinya jauh lebih penting, selalu ingin dibanggakan, tetapi empatinya kurang ke orang lain,” jelasnya. Dewi mengungkapkan orang sombong akan merasa paling superior dari pada orang lain, dan dia tak segan-segan menunjukkan kesalahan dari orang-orang di sekitarnya. Orang dengan kepribadian ini juga cenderung suka merendahkan orang lain. Dewi Widiastuti Lubis,Psikolog Orang dengan perilaku sombong, lanjut Dewi, juga terlihat dari sulitnya menerima masukan atau kritik. Termasuk dari orang terdekat, tak terkecuali pasangan sendiri. Orang yang telah dikuasai oleh kesombongan cenderung terpaku pada dirinya sendiri dan bakal merasa direndahkan harga dirinya apabila mendapatkan saran dari orang lain. Justru ketika dikritik, orang seperti ini cenderung berbalik marah. “Setiap ada kritikan atau saran, dia mengelak, ada saja alasannya,” ucap psikolog yang praktik di RSJ Sui Bangkong Pontianak ini. Di samping itu, perilaku sombong yang cenderung selalu merasa benar akan sulit mengakui kesalahannya. Menurut Dewi, mereka cenderung gengsi untuk mengucapkan permintaan maaf. “Jangankan maaf, mengucapkan terima kasih saja mereka enggan,” katanya. Selain itu, tambah Dewi, kesombongan membuat seseorang merasa hanya dirinyalah yang lebih penting. Segala sesuatunya harus tentang dia, keinginannya dan pemikirannya. “Orang seperti ini inginnya aku, aku, dan aku,” ujarnya. Dalam sebuah hubungan, dia menilai, perilaku sombong ini bisa sangat merusak. Perilaku itu cenderung menciptakan jurang antara dua insan, mengeruhkan kepercayaan, dan mengganggu kenyamanan dalam hubungan. Kondisi tersebut bahkan bisa berbahaya bagi sebuah hubungan. Karena itulah, sarannya, dalam memilih pasangan, hendaknya ditelaah terlebih dahulu karakter dan kepribadian orang tersebut. Apalagi jika akan memutuskan melangkah ke jenjang pernikahan. Dipengaruhi Pola Asuh Ada beberapa faktor yang membuat orang punya perilaku sombong. Psikolog Dewi Widiastuti Lubis mengatakan faktor pertama adalah karena pola asuh yang seseorang terima sehingga membentuk karakternya. “Karena sifat anak kadang diturunkan oleh orang tuanya, termasuk pola asuh yang mereka terima,” ucapnya. Faktor lainnya adalah luka lama yang pernah dialami. Menurut Dewi, orang yang sombong bisa terjadi karena ketika kecil mendapatkan perlakuan yang kurang mengenakkan, seperti sering dianggap tidak bisa, direndahkan, hingga diremehkan kemampuannya. Orang yang memiliki luka atau trauma seperti ini kadang disikapi dengan menunjukkan sikap sebaliknya. “Sering merasa tidak dianggap, pada akhirnya orang ini menunjukkan sikap sebaliknya. Ketika dewasa ia akhirnya menjadi sombong dan berbalik merendahkan orang lain,” kata Dewi. Dewi mengungkapka sombong merupakan ciri-ciri dari gangguan narsistik. Gangguan ini bisa disembuhkan, “Namun, akan sangat sulit. Sebab, gangguan ini sudah menjadi sebuah kepribadian. Kepribadian itu mulai permanen ketika menginjak usia 14 tahun. Untuk mengubahnya, tentu agak berat,” katanya. Apabila seorang sadar dengan kepribadiannya yang narsistik tersebut, Dewi menyarankan agar orang ini dibantu agar mampu mengendalikan dirinya. Dukungan dari orang-orang sekitar, menurutnya sangat diperlukan. sti Orang dengan perilaku sombong biasanya memiliki kepribadian yang narsistik. Selain sombong, kepribadian narsistik juga terlihat pada kurangnya empati, dan keinginan dikagumi secara berlebih. Lantas bagaimana jika kepribadian itu ada pada pasangan sendiri? Oleh Siti Sulbiyah Setiap kali berselisih dengan istrinya, Doni bukan nama sebenarnya kerap mengungkit latar belakang pendidikannya. Dia merasa latar belakang pendidikan dan universitas tempat ia mengenyam pendidikan jauh lebih baik dari pasangannya itu. Hal ini membuat dirinya merasa lebih pintar dan paling benar. Kondisi ini pernah dialami oleh seorang pasien yang berkonsultasi dengan Dewi Widiastuti Lubis,Psikolog. Dewi menyebutkan sikap seperti itu muncul karena kepribadian yang narsistik. Kepribadian ini terlihat dari perilaku yang sombong, kurangnya empati terhadap orang lain, dan keinginan yang berlebihan untuk dikagumi. Orang dengan kondisi ini sering digambarkan sebagai orang yang sombong, egois, dan cenderung merasa paling benar. “Sombong bisa dikatakan bagian dari gangguan narsistik. Dalam sebuah hubungan, pasangan yang punya kepribadian ini menganggap dirinya jauh lebih penting, selalu ingin dibanggakan, tetapi empatinya kurang ke orang lain,” jelasnya. Dewi mengungkapkan orang sombong akan merasa paling superior dari pada orang lain, dan dia tak segan-segan menunjukkan kesalahan dari orang-orang di sekitarnya. Orang dengan kepribadian ini juga cenderung suka merendahkan orang lain. Dewi Widiastuti Lubis,Psikolog Orang dengan perilaku sombong, lanjut Dewi, juga terlihat dari sulitnya menerima masukan atau kritik. Termasuk dari orang terdekat, tak terkecuali pasangan sendiri. Orang yang telah dikuasai oleh kesombongan cenderung terpaku pada dirinya sendiri dan bakal merasa direndahkan harga dirinya apabila mendapatkan saran dari orang lain. Justru ketika dikritik, orang seperti ini cenderung berbalik marah. “Setiap ada kritikan atau saran, dia mengelak, ada saja alasannya,” ucap psikolog yang praktik di RSJ Sui Bangkong Pontianak ini. Di samping itu, perilaku sombong yang cenderung selalu merasa benar akan sulit mengakui kesalahannya. Menurut Dewi, mereka cenderung gengsi untuk mengucapkan permintaan maaf. “Jangankan maaf, mengucapkan terima kasih saja mereka enggan,” katanya. Selain itu, tambah Dewi, kesombongan membuat seseorang merasa hanya dirinyalah yang lebih penting. Segala sesuatunya harus tentang dia, keinginannya dan pemikirannya. “Orang seperti ini inginnya aku, aku, dan aku,” ujarnya. Dalam sebuah hubungan, dia menilai, perilaku sombong ini bisa sangat merusak. Perilaku itu cenderung menciptakan jurang antara dua insan, mengeruhkan kepercayaan, dan mengganggu kenyamanan dalam hubungan. Kondisi tersebut bahkan bisa berbahaya bagi sebuah hubungan. Karena itulah, sarannya, dalam memilih pasangan, hendaknya ditelaah terlebih dahulu karakter dan kepribadian orang tersebut. Apalagi jika akan memutuskan melangkah ke jenjang pernikahan. Dipengaruhi Pola Asuh Ada beberapa faktor yang membuat orang punya perilaku sombong. Psikolog Dewi Widiastuti Lubis mengatakan faktor pertama adalah karena pola asuh yang seseorang terima sehingga membentuk karakternya. “Karena sifat anak kadang diturunkan oleh orang tuanya, termasuk pola asuh yang mereka terima,” ucapnya. Faktor lainnya adalah luka lama yang pernah dialami. Menurut Dewi, orang yang sombong bisa terjadi karena ketika kecil mendapatkan perlakuan yang kurang mengenakkan, seperti sering dianggap tidak bisa, direndahkan, hingga diremehkan kemampuannya. Orang yang memiliki luka atau trauma seperti ini kadang disikapi dengan menunjukkan sikap sebaliknya. “Sering merasa tidak dianggap, pada akhirnya orang ini menunjukkan sikap sebaliknya. Ketika dewasa ia akhirnya menjadi sombong dan berbalik merendahkan orang lain,” kata Dewi. Dewi mengungkapka sombong merupakan ciri-ciri dari gangguan narsistik. Gangguan ini bisa disembuhkan, “Namun, akan sangat sulit. Sebab, gangguan ini sudah menjadi sebuah kepribadian. Kepribadian itu mulai permanen ketika menginjak usia 14 tahun. Untuk mengubahnya, tentu agak berat,” katanya. Apabila seorang sadar dengan kepribadiannya yang narsistik tersebut, Dewi menyarankan agar orang ini dibantu agar mampu mengendalikan dirinya. Dukungan dari orang-orang sekitar, menurutnya sangat diperlukan. sti

sombong terhadap orang sombong